Tag Archives: pak dhe

Pak Dhe ngeblog !:-) [13]

Ide Menulis Masih Macet Juga

Ini cerita pak Dhe ketika ikut pelatihan blog. Tanpa ada angin tanpa ada hujan tahu-tahu pak Dhe harus ikut pelatihan blog bersama Ajiz, ponakan tersayangnya.

Keinginan yang kuat dari Ajiz untuk belajar ngeblog membuat pak Dhe harus menemaninya, karena orang tua Ajiz masih berhalangan untuk menemani dan peserta pelatihan blog tidak boleh ditemani oleh orang tuanya, artinya pak Dhe harus mendaftar juga sebagai peserta pelatihan blog.

Sampailah acara pelatihan pada acara tanya jawab, dan inilah salah satu rangakaian pertanyaan yang membuat peserta pelatihan tergelak-gelak mendengarnya.

“Saran mas Ismail sudah dilaksanakan, tapi kenapa masih juga gak bisa menulis blog mas?”, kata Aini, salah satu peserta pelatihan blog.

Mas Ismail, sang instruktur, dengan tenang menjawab pertanyaan Aini.

“Coba apa saja yang telah dilaksanakan mbak …Eee… Aini ya?”, Ismail menyebut nama Aini setelah melihat name tag di dada Aini.

5W satu H. What, Where, Why, When, Who dan How. Semua sudah tak coba uraikan tapi tetep macet juga mas”, jawab Aini lugu. Peserta lain sudah mulai senyum-senyum, mungkin merasa senasib.

“Terus apa lagi yang mbak lakukan?”

Aku juga sudah mencoba memotret obyek-obyek yang kuanggap bisa membuat aku punya ide menulis. Setiap obyek foto yang kubuat sudah kuberi nama sesuai kejadiannya, agar memudahkan aku mengingat kapan foto itu diambil dan dalam rangka apa….”, Aini berhenti sebentar dan memperhatikan raut muka teman-teman sepelatihan yang melihat dirinya dengan penuh senyum.

“Terus ….”

“Kemudian kupandangi foto itu satu demi satu di komputerku, tapi ide menulis tidak juga muncul. Aku malah kepikiran yang lain-lain…”

“Ooo… kepikiran apa itu mbak?”

“Ya misalnya saat melihat foto anjingku, aku malah kepikiran kucing tetangga yang kemarin terlindas mobil gara-gara dikejar sama anjingku”

“Kemudian apa lagi…”

“Ya itu tadi mas, sudah sejam duduk di depan komputer, tidak ada satupun yang kuketik di blogku”, peserta pelatihan mulai mengganti senyumnya dengan ketawa tergelak-gelak

“Jadi selain melihat foto, apalagi yang mbak Aini kerjakan?”, Ismail sambil menahan senyum terus mencoba berinteraksi pada Aini. Ini memang tugas pokok seorang instruktur, melakukan komunikasi dua arah yang intens, sehingga semua peserta, tanpa kecuali, merasa dihargai.

“Kebanykan ya melihat foto itu mas. Malah jadi cekikikan sendiri, karena jadi inget kejadian yang lain”

“Apa itu misalnya..?”

“Misalnya waktu lihat foto ayamku, malah jadi inget ketika makan ayam goreng tulang lunak. Waktu itu kita rebutan sampai nasinya tumpah kemana-mana”, Aini menjawab pertanyaan Ismail dengan senyum simpulnya.

Meledaklah kelas itu mendengar gaya Aini menjawab pertanyaan Ismail. Lugas dan lugu.

Setelah kelas mereda, maka Ismail kembali ke depan kelas dan bertanya pada para peserta pelatihan.

“Ada yang bisa bantu mbak Aini menulis blog. Silahkan tunjuk jari dan sampaikan idenya untuk mbak Aini”

Para peserta pelatihan yang masih tertawa geli saling bersahutan menyampaikan saran tapi tidak didengarkan oleh Ismail, karena Ismail ingin ada ynag mengacungkan jari tangan.

Akhirnya Ajizlah yang mengacungkan tangan.

“Wow… blogger cilik mau ngasih ide? Tepuk tangan semua untuk adik cilik ini”, Ismail kelihatan senang karena yang mengacungkan jari justru adalah seorang anak-anak.

“Tepuk tangan sekali lagi buat mas …AJIZ!”

“Oke mas, apa idenya?”

Dengan mata beningnya, Ajiz menjawab,”Mbak Aini cukup menulis apa yang diceritakan pada pak Ismail tadi dalam blognya”

Pak Dhe tersenyum simpul di samping Ajiz. Luar biasa anak kecil ini. Suatu ide yang biasa-biasa saja, tapi jadi bermakna karena disampaikan dalam forum yang pesertanya sebagian besar orang yang sudah dewasa.

Ajiz telah menunjukkan dirinya sebagai seorang anak kecil dengan hati yang bening dan semangat yang tak kenal padam. Selalu menyala biarpun hari sudah sore.

Pelatihan blog hari ini membuat pak Dhe kembali bersyukur telah diberi hari yang hebat oleh Sang Maha Kasih.

=======
Artikel terkait.
Caraku menulis Blog [1] : Menulis dan teruslah menulis
Caraku menulis Blog [2] : Saat Kehabisan Ide
Blog Anak Klas 3 SD
Tips belajar ngeblog
Dandani Blogmu Sebelum Datang Tamumu
Caraku menulis blog [4]

Pilihan Pak Dhe [5]

Rusdi membolak balik halaman brosur ponsel black berry di tangannya. Rasanya semua tulisan yang ada sudah dibacanya semua, tetapi masih juga dia baca kembali.

“Jadi kau beli BB Rus?”, kata Khalid akhirnya memecah kesunyian di lobby hotel GM.

“Iya Bang, kayaknya aku harus beli deh. Cuma aku memang masih ada satu kendala..”

“Hmm…”, Khalid menunggu Rusdi melanjutkan ucapannya yang seperti sengaja dihentikannya, sambil kembali membolak balik brosur di tangannya.

“Aku harus bilang apa sama istriku. Dia pasti menanyakan dari mana aku dapat uang untuk beli BB ini”, lanjut Rusdi

“Kan pak Dhe yang ngasih. Jadi buat apa dirisaukan. Istrimu juga kenal pak Dhe dengan baik. Istrimu juga tahu, pak Dhe paling sayang sama kamu dibanding aku ataupun Udin”

“Disitulah masalahnya Bang”, kata Rusdi

“Lho dimana masalahnya?”

“Mana mungkin istriku percaya kalau pak Dhe ngasih aku uang untuk beli BB. Darimana pak Dhe punya uang untuk beli BB, sangat tidak masuk akal Bang”

“Pak Dhe kan hanya satpam, mana mungkin dia punya uang untuk beli BB. Pasti istriku jadi curiga Bang. Belum lagi kalau aku jadi punya BB, darimana aku harus beli pulsa untuk berlangganan”

“Emang gimana sih cerita sebenarnya?”, Khalid jadi

Rusdipun mulai ceritanya.

Tanpa hujan tanpa angin, tiba-tiba Rusdi didatangi pak Dhe dan diajak ikut pertemuan di hotel GM. Disana akan ada orang jual hape BB dan pak Dhe akan beli satu biji, kemudian pak Dhe minta Rusdi yang milih jenis hapenya, karena hape itu nantinya memang akan dipakai Rusdi artinya dihadiahkan ke Rusdi.

“Nah, apa ada orang percaya dengan cerita ini Bang?”

Khalidpun jadi makin bingung. tak tahu harus memberi saran apa lagi. Ketika dia tadi ketemu Rusdi di hotel ini saja dia udah bingung, ternyata Khalid kemudian semakin bingung dengan cerita yang disampaikan Rusdi.

“Hei… ada Khalid disini. Asslamu’alaikum..”

Khalid dan Rusdi kaget, ketika tiba-tiba pak Dhe muncul dan langsung menyapa dengan gaya khasnya. Senyum yang tak pernah bisa lepas dari bibirnya.

Rusdi makin kaget, karena di belakang pak Dhe terlihat pak Anton yang menenteng sebuah tas, juga dengan senyum khasnya.

Anton meletakkan tas bawaannya dan kemudian menyalami Rusdi dan Khalid.

“Sudah lama mas Rusdi?”, sapa Anton hangat.

Terbata-bata Rusdi menjabat tangan Anton, sambil menjawab sekenanya,”Sudah pak..eh baru saja, belum lama pak”

Bukan Anton kalau tidak bisa membuat suasana kaku Rusdi menjadi suasana yang cair. Langsung saja Anton memimpin obrolan di lobby itu dengan gaya khasnya.

Pandangan mata yang penuh persahabatan dan tepukan di pundak Rusdi membuat kebekuan Rusdi hilang begitu saja.

“Nah, begini Rus. Ehem..hmm..hmmm”, sedikit terbatuk-batuk pak Dhe gantian memulai pembicaraannya.

“Sudah saatnya kamu punya ponsel yang cerdas dan karena mulai minggu depan kamu akan dipindah ke bagian IT di kantor yang lain, maka malam ini marilah kita syukuri kenaikan jabatanmu itu”

Rusdi sampai terlongong-longong mendengar ucapan pak Dhe. Isu itu ternyata benar adanya. Selama ini dia tidak pernah bermimpi akan menjadi kepala bagian IT, apalagi di kantor induk yang lebih bonafide.

Selama ini Rusdi bekerja sesuai apa yang harus dikerjakannya, namun Rusdi selalu siap untuk membantu bagian lain, meskipun itu bukan bagian dari tugasnya. Rusdi selalu memberi lebih dari yang seharusnya dia berikan.

Semua tugas, apapun itu, selama dia sanggup mengerjakannya, selalu dia selesaikan di hari-hari kerjanya. Rusdi tak suka kerja lembur namun semua pekerjaan sesulit apapun ternyata dapat diselesaikannya di hari kerjanya.

Anton, Kepala Pabrik tempat Rusdi bekerja, mengulurkan tangannya, menyalami Rusdi yang masih terlihat kebingungan.

“Kita akan berpisah, tapi kita masih satu perusahaan, jadimasih ada saat bertemu. Ini hanya hadiah kecil dariku. Sengaja pak Dhe memilih tempat ini agar cocok dengan hadiah yang kuberikan”

Tas berisi ponsel BB itupun berpindah ke tangan Rusdi.

“Ini pasti jadi hari yang aneh bagimu, tapi itulah ide Sinta, istrimu sendiri”, tergelak pak Dhe ketika mengucapkan kalimat ini.

“Dasar istrimu itu tergila-gila dengan acara tivi, jadi ketika tahu rencana ini, maka idenya langsung jalan”

“Nah, masih ada lagi yang mau ditanyakan Rus?”, Anton mengakhiri tertawanya dan mengajak Rusdi meninggalkan lobby hotel.

“Kenapa pak Dhe memilih pertemuan di hotel ini pak? Biasanya pak Dhe kan kalau mengadakan syukuran selalu di mushola atau paling jauh di warung kepala kambing Bang Khalid”

“Kamu itu sudah dibilang ini idenya Sinta kok, pak Dhe hanya memilih orang yang tepat tapi soal tempat itu pilihan istrimu”

Rusdi makin terpaku tak bisa bicara ketika meninggalkan lobby dan masuk ke cafe, ternyata semua teman di pabrik sudah nungguin di ruangan itu.

“Hepi berde tuyu bang Tusdi”, Udin memulai ucpaan ulang tahun buat Rusdi dilanjutkan semua kawan-kawannya.

Ucapan ultah terakhir diterima Rusdi dari istrinya. Rapat erat Rusdi memeluk istrinya, seolah ingin menumpahkan semua perasaan yang telah mengharu birukan dirinya sepanjang beberapa jam ini.

Dengan lembut istrinya berbisik di telinga Rusdi,”Teman-temanmu belum pernah ke cafe ini, mereka selalu mimpi-mimpi untuk makan disini, jadi jangan lupa bersyukur pada Tuhan dan berterima kasih pada pak Dhe yang telah memilihkan semua ini untukmu Bang”

Pertanyaan kembali muncul di benak Rusdi,”Sebenarnya yang memilihkan acara ini siapa sih…?”

Dongeng Pak Dhe : Kata Hantar

Berkat adanya Mastermind Cikarang, maka beberapa ide yang dulu selalu mengendap dalam alam bawah sadar, satu demi satu mulai muncul ke permukaan.

Sungguh sinergi yang luar biasa dari para anggota Mastermind Cikarang ini. Pada muaranya, syukur alhamdulillah kupanjatkan apda Allah swt serta terima kasih pada Komunitas TDA yang membuat semua ini bsia terjadi.

Blog ini kudedikasikan pada penggemar cerita pak Dhe yang sering kujadikan tokoh sentral dalam tulisan-tulisanku. Mungkin ada sedikit terinspirasi oleh Dongeng Geologi dari pak Dhe RDP, meskipun pak Dhe dalam tokohku sama sekali bukan Pak Dhe RDP, yang belum pernah kutemui secara fisik, tapi banyak membantuku dalam melakukan penggalian materi blogku.

Terima kasih buat semua teman-teman yang sudah terasa lebih dari sahabat, meskipun mungkin kita belum pernah ketemu secara fisik.

Bagi pembaca setia blogku di wordpress, mungkin akan melihat beberapa artikel yang sama persis, karena memang aku mulai mengumpulkan kembali semua cerita yang berhubungan dengan pak Dhe, sejak awal aku menulis dan tersebar di beberapa blogku.

Selamat menikmati dan mohon masukannya.